Syeikh Usama
al-Sayyid Al-Azhari, salah satu figur ulama’ muda Al-Azhar yang sangat
disegani, memiliki gagasan mengenai proyek Islamisasi yang bertujuan untuk mengembalikan
Islam kepada zaman kejayaannya. Syeikh Usama menjelaskan dalam artikel yang
ditulisnya dengan judul Al-Masyru’ Al-Islamiy Baina Al-Haqiqah wa
al-Hurrafah, bahwa upaya Islamisasi tidak bisa dilakukan hanya sekedar
dengan menggalang massa sambil berteriak ‘Islam, Islam’, tapi lebih dari itu,
upaya Islamisasi harus bersifat komprehensif, dilandasi dengan landasan
keilmuan yang kuat dan dilengkapi dengan langkah-langkah konkrit untuk
mewujudkan upaya tersebut, sehingga jelaslah apa yang dimaksud dengan
Islamisasi itu sendiri. Dengan kejelasan konsep tersebut, diharapkan Islam
dapat kembali ke masa keemasannya di zaman khilafah Islamiyyah.
Dalam
memahami proyek Islamisasi, Syeikh Usama tidak mengartikannya sebagai upaya
yang parsial. Beliau menjelaskan bahwa proyek Islamisasi merupakan suatu upaya
dalam menyediakan jawaban yang komprehensif, rinci dan detail atas segala
permasalahan dan problem di era modern dalam bidang diplomasi, administrasi,
politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan hingga filsafat. Jawaban-jawaban
tersebut harus berangkat dari nilai-nilai kehidupan seorang muslim, yang
berasal dari Al-Qur’an, Sunnah Nabawiyyah, Maqashid syariah, ijma’, hukum
syariat, akhlak, qawa’id al-ushuliyyah wal fiqhiyyah, sunnatullah, hingga dari
sastra dan seninya. Nilai-nilai tersebut harus mampu diterjemahkan ke dalam
upaya nyata yang berkesinambungan sehingga dapat diterapkan dalam suatu negara.
Untuk
mencapai jawaban-jawaban tersebut, dibutuhkan landasan yang tepat. Menurut
Syekh Usama, landasan tersebut adalah nilai-nilai kemanusiaan, al-akhlaq
al-karimah dan usaha untuk mensejahterakan umat manusia di dunia dan di
akhirat. Dengan demikian, seluruh upaya untuk mewujudkan proyek Islamisasi
tidak boleh bertentangan dengan maslahat kemanusiaan di dunia dan di akhirat serta
harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak yang mulia. Jika ada upaya
yang bertentangan dengan maslahat manusia di dunia serta di akhirat, dan juga
berseberangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang menyengsarakan umat, maka
upaya tersebut harus segera dihapuskan.
Sebagai awal
dari proyek ini, Syekh Usama menekankan pentingnya upaya-upaya keilmuan untuk
menggarap konsep-konsep tersebut. Menurut beliau, upaya Islamisasi merupakan
ijtihad kaum muslimin untuk menemukan konsep dan teori yang tepat sesuai dengan
konteks kekinian. Upaya-upaya tersebut
harus bisa menemukan konsep apa yang masih bisa diterapkan, konsep apa yang
sudah tidak bisa diterapkan dan apa konsep penggantinya, serta meluruskan konsep-konsep
yang menyimpang dari syariat Islam. Untuk itu diperlukan majlis-majlis ilmu
yang intens menelaah dan mendalami konsep-konsep tersebut. Majlis ilmu tersebut
tidak hanya dihadiri oleh satu golongan saja, melainkan dari seluruh golongan
yang ada sehingga dapat ditemukan sinkronisasi dan dapat mendukung terjadinya kesejahteraan
seluruh umat manusia di dunia. Dengan kompleksnya proses tersebut, maka wajar
jika kemudian Syekh Usama mengisyaratkan waktu yang panjang untuk
mewujudkannya.
Di saat yang
bersamaan, Syekh Usama juga menyampaikan kritiknya terhadap pihak-pihak yang
hanya menjadikan isu Islamisasi sebagai alat propaganda kelompoknya sendiri.
Beliau menjelaskan bahwa pihak-pihak yang berlaku demikian telah melakukan
tindakan yang ‘sangat berbahaya’. Beliau menerangkan bahwa jika sekelompok
manusia sudah terpengaruh dan siap melaksanakan Islamisasi, namun di saat yang
bersamaan konsep yang dibawa belum jelas dan bahkan cenderung berlawanan dengan
semangat yang sudah didengungkan sebelumnya, akan membuat sekelompok manusia
tersebut ragu, takut, kecewa dan pada akhirnya mereka akan bersikap antipati
terhadap wacana serupa yang didengungkan kemudian. Hal ini pada akhirnya akan
menghambat proses terjadinya Islamisasi di dunia ini.
Dengan
demikian, Syekh Usama setidaknya sudah menyampaikan dasar dari proses
Islamisasi yang seharusnya terjadi. Proses di mana diawali dari pencarian
konsep, pematangan strategi dan penerapannya di lapangan. Wallahu A’lam
Bisshawab.
0 komentar:
Posting Komentar