Buku ini berbicara mengenai apa itu gender
dan bagaimana strategi pengarusutamaannya di Indonesia. Dari judul tersebut,
terlihat bahwa penulis buku ini merupakan salah satu pendukung gerakan
kesetaraan gender di Indonesia, ditambah lagi dengan pengalamannya dalam proyek
Gender Mainstreaming yang diprakarsai oleh United Nations Development Programme
dan Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, mempertegas
posisinya sebagai salah satu pendukung gerakan gender. Dengan demikian, buku
ini pada akhirnya banyak menggunakan pandangan-pandangan sepihak yang cenderung
menguntungkan argumen-argumennya saja.
Pada pendahuluan buku ini, Riant
mengungkapkan bahwa gerakan kesetaraan gender berbeda dengan feminisme. Dalam
bab I, ia menjelaskan mengenai apa itu gender serta membedakannya dengan seks.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa gender differences yang ada dalam
masyarakat luas menimbulkan gender inequalities yang mengakibatkan
marginalisasi, subordinasi, stereotype, violence dan pembebanan
pekerjaan ibu rumah tangga. Ketidakadilan tersebut menimbulkan perspektif
gender di mana pada akhirnya berimplikasi pada pembedaan perlakuan seseorang
berdasarkan jenis kelamin. Di bab II, ia memperjelas kembali kondisi tersebut
dengan memberikan latar belakang perempuan dalam perspektif sejarah.
Selanjutnya, dalam bab III ia menjelaskan berbagai macam aliran feminisme dan
kesetaraan gender, seperti feminisme radikal, liberal, radikal libertarian,
radikal kultural, hingga feminisme Islam yang kesemuanya bersama memperjuangkan
perempuan yang kerap tertindas karena status gendernya.
Dalam pembahasan gender di Indonesia, Riant
membahasnya dalam 4 bab selanjutnya. Dalam bab IV, ia menjelaskan pergerakan
wanita Indonesia sejak zaman pra kemerdekaan hingga era reformasi. Setidaknya
ia membagi perjuangan perempuan Indonesia ke dalam empat tahap. Tahap pertama pada
zaman pra kemerdekaan, di mana dalam zaman ini mulai muncul gerakan yang
menginginkan perempuan tampil di depan umum. Setelah itu pada era pasca
kemerdekaan hingga 1965 lebih banyak diwarnai oleh pergerakan perempuan dalam
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Kemudian pada era orde baru,
yang ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi perempuan, termasuk di
dalamnya Pusat Studi Wanita. Dan terakhir era reformasi yang ditandai dengan
gerakan yang memperjuangkan keterlibatan perempuan dalam pembangunan Indonesia.
Pada bab selanjutnya, diterangkan bahwa kebudayaan Indonesia ternyata sangat
bias gender. Riant mencontohkan kebudayaan yang ada di Batak, Minangkabau,
Jawa, Minahasa dan Bali yang masih menganggap perempuan sebagai the second
sex. Sebagai langkah antisipasi, ia menyelipkan satu bab yang membahas
Gender sebagai agenda, di mana gerakan ini pertama kali muncul di Washington
pada tahun 1970an dengan istilah Women in Development yang kemudian berubah menjadi Gender and
Development, yang mengusung kesetaraan laki-laki dan perempuan. Berangkat
dari situ, muncullah gerakan-gerakan seperti gender mainstreaming, gender
budget, dan lain sebagainya. Terakhir, Riant menyusun strategi yang bersifat
teknis guna mengupayakan pengarusutamaan gender, yang meliputi bidang
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan administrasi publik. Setelah menjelaskan
strategi, kebijakan dan mekanisme yang harus ditempuh, Riant juga menekankan
perlunya lembaga-lembaga penunjang yang dapat menyokong terwujudnya hal tersebut.
Buku ini, dalam pembahasannya ternyata
banyak memiliki kecacatan metodologis dan kerancuan epistemologis. Riant banyak
mengambil argumen setengah-setengah dan tidak komprehensif, seperti
kesalahannya dalam mengutip pendapat Ratna Megawangi yang jelas kontra gerakan
persamaan gender. Selain itu, Riant nyaris tidak menyentuh sama sekali aspek
institusi keluarga dan selalu berusaha membentuk opini pembaca bahwa perempuan
yang baik adalah yang memiliki peran setara dengan laki-laki, tanpa memikirkan
perannya sebagai seorang ibu. Riant juga menafikan peran Islam di Indonesia,
padahal Islam sebagai agama mayoritas penduduk rakyat Indonesia harus dijadikan
dasar atas segala tindak tanduk penganutnya yang ada di Indonesia.
Penulis :
Dr. Riant Nugroho
Penerbit :
Pustaka Pelajar Yogyakarta
Cetakan :
I, November 2008
Halaman :
265 halaman
0 komentar:
Posting Komentar