Serial ini pertama kali ana dengar dari teman-teman sejawat ana di my beloved campus. Kata mereka, film ini sangat bagus, bahkan ada yang bilang lebih bagus daripada serial Full House yang menurut ana sudah sangat keren. Walhasil anapun jadi penasaran, dan akhirnya, pada suatu maghrib ana pergi ke Rusunawa (Rumah Susun Mahasiswa) lantai empat, tepatnya di kamar mudabbir syariah, yaitu kamar 404. Ketika itu ana ngeliat komputernya Inna Nur (salah satu mahasiswa hukum di ISID) tengah menyala dan kebetulan di kamar itu nggak ada orang. Anapun membuka dan mulai menonton serial tersebut.
Serial ini menceritakan jalinan cinta seorang mahasiswa korea bernama Kim Hyunwoo yang menuntut ilmu di Harvard University of Law dan Su In Lee, seorang gadis imigran asal korea yang telah menetap lama di AS dan ketika itu terdaftar sebagai mahasiswi kedokteran di Harvard.
Selain mereka berdua, ada Alex Hong, seorang mahasiswa keturunan korea yang ambisius dan juga mencintai Su In Lee.
Jalinan cinta yang terjadi di serial ini sangat berbeda dengan yang ada di serial Full House. Jalinan cinta antara Hyunwoo dan Su In sangat erat dan kerap menunjukkan kemesraannya, seperti seringnya adegan berpelukan dan ciuman. Bahkan dikisahkan dalam serial ini, kedua insan ini pernah “tidur bersama”.
Nilai lebih serial ini, menurut ana, adalah setting Harvard yang dipakai sebagai latar belakang serial ini. Dalam film ini, ana banyak mengambil figur mahasiswa yang sesungguhnya, yang “benar-benar siswa yang maha”. Dikisahkan dalam serial ini, bagaimana seorang Alex Hong yang mengatakan kepada Hyunwoo bahwa kalau dia tidak belajar, jangan mengaku sebagai orang korea. Selain itu, ketika Hyunwoo ingin bergabung dengan sebuah kelompok belajar, dia tidak diizinkan untuk masuk karena dia tidak dianggap dapat memberikan manfaat dalam kelompok belajar tersebut (sangat berbeda dengan suasana kajian di ISID). Mereka semua juga berjihad hingga larut malam hanya untuk mempersiapkan materi pelajaran hukum yang diampu oleh Prof. Keynes. Mereka rela hingga tidak tidur untuk belajar, sangat berbeda dengan keadaan di sini. Bagi mereka, waktu yang sedikit sekalipun sangat berharga dan mereka tidak main-main dalam kuliahnya. Suasana ruang perkuliahannya juga sangat berbeda. Ketika ada dosen yang mengajukan pertanyaan, para mahasiswa beramai-ramai mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan dosen, sangat kontras dengan keadaan di sini, jika ada dosen yang bertanya, akan sulit ditemui mahasiswa yang mengangkat tangannya. Selain itu, dalam film ini juga banyak ilmu-ilmu baru dalam bidang hokum yang bisa diambil manfaatnya. Bagaimana suasana sidang, fakta-fakta baru dalam hukum, buku-buku yang berkenaan dengan hukun, dsb.
Mungkin, hal tersebut harus menjadi evaluasi kita bersama, bagaimana kuliah kita, apakah sudah pantas kita bercita-cita setinggi langit, sedangkan kita hanya bersantai-santai ketika kuliah? Sangat riskan dan memprihatinkan. Meskipun cerita cintanya menurut ana tidak terlalu istimewa, namun banyak nilai plus yang bisa diambil dari serial ini. Maka, rekomendasi akhir dari ana, silahkan tonton serial ini, dan dapatkan nilai-nilai yang ada di dalamnya (jangan cuma diliat Su In Lee nya aja yang imut, sweet n cute abis, hehehe).
Senin, Mei 24, 2010
Love Story in Harvard, A Review
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
sebaiknya kita nontonya dengan tutup mata......... biar si cantik su in lee... tidak terbayang-bayang... oh.....
Nama aslinya Su In Lee siapa ya?
jadi pengen nonton... kali aja termotivasi uat jadi bener2 mahasiswa
Posting Komentar